Kisah Fenomenal si Anjing Hachiko

Hachiko adalah nama seekor anjing jenis akita yang lahir tahun 1923 di desa Odate provinsi Akita. Dia diadopsi oleh seorang Profesor Hidesaburō Ueno yang mengajar di Universitas Tokyo dengan jurusan pertanian. Ceritanya, setiap hari, Hachi (nama asli Hachiko) sangat rajin mengantar majikannya, Profesor Hidesaburō Ueno ke stasiun Shibuya saat berangkat kerja, dan kembali ke stasiun di sore hari menjemput Profesor  Hidesaburō Ueno yang pulang kerja. Namun, pada 21 Mei 1925, setelah selesai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi yang tidak mengerti dengan meninggalnya Profesor  Hidesaburō Ueno , setiap sore selalu pergi ke stasiun Shibuya untuk menjemput majikannya. Setelah Profesor Hidesaburō Ueno meninggal, Hachi berpindah-pindah tempat untuk di urus oleh beberapa orang. Sampai akhirnya dia dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi yang merupakan tukang kebun keluarga Professor Hidesaburō Ueno. Rumah keluarga Koayashi terletak di kawasan Tomigaya yang berdekatan dengan stasiun Shibuya. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Professor Hidesaburō Ueno, Hachi terlihat menunggu kepulangan majikannya di stasiun Shibuya.

Bahkan ketika saat terjadi perombakan besar-besaran untuk memperluas area stasiun Shibuya, Hachi masih tetap terlihat berada di luar stasiun di waktu sore. Kisah Hachi menunggu majikan si stasiun Shibuya mengundang  perhatian Hirokichi Saito dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin dengan perlakuan kasar yang sering dilakukan orang-orang kepada Hachi di stasiun, Saito kemudian menulis sebuah artikel sedih tentang Hachi dan mengirimkan artikel itu ke harian Tokyo Asasi Shimbun.

Artikel Saito tersebut kemudian dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari yang berarti ‘Kisah Anjing Tua yang Tercinta’. Masyarakat Jepang yang membaca harian tersebut akhirnya mengetahui kisah kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikannya. Setelah Hachi menjadi terkenal, orang-orang yang berada di stasiun Shibuya mulai menyayanginya, dan sejak itu pula, akhiran (Jepang : sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang-orang kemudian memanggilnya Hachiko.

Sekitar tahun 1933, kenalan Saito, seorang pemahat patung bernama Teru Ando tersentuh dengan kisah Hachiko, dan membuat patung perunggu Hachiko yang diletakkan di depan stasiun Shibuya. Ando juga membuat patung Hachiko yang sedang bertiarap dan diberikan kepada Kaisar Hirohito dan Permaisuri Kojun sebagai hadiah.

Pada tanggal 8 Maret 1935, Hachiko yang berumur 13 tahun ditemukan tidak bernyawa, dan kemudian di makamkan bersebelahan dengan makam majikannya, Profesor Hidesaburō Ueno. Upacar pemakaman Hachiko dihadiri banyak orang di stasiun Shibuya, dan mirip dengan acara pemakaman manusia.

Pada tahun 1944, patung perunggu Hachiko hancur akibat perang dunia ke II. Tetapi dibuat kembali di tahun 1948 oleh Takeshi Ando, anak Teru Ando, dan masih bertahan sampai sekrang.

Patung Hachiko terletak di dekat pintu keluar stasiun Shibuya. Sehingga jika Anda berada di Tokyo, jangan lupa ke Shibuya untuk melihat patung yang terkenal sebagai lambang kesetiaan di kota Tokyo ini.

Bima

Professional wedding photographer and blogger since 2010 who put a concern to write a story about photography, traveling, culinary, and hospitality services

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *