Ketika Jogja Tidak (Lagi) Nyaman dan Aman Untuk Ditinggali

Jika anda ingin tinggal di Jogja baik untuk menyekolahkan anak, berbisnis atau sekedar kerja kantoran maka kota ini bisa jadi salah satu tempat yang nyaman untuk ditinggali. Sebagai seseorang yang sudah 30 tahun lebih tinggal di kota ini memang senyuman khas dan keramahan kota ini sangat membuat hati menjadi rindu jika lama tidak mengunjunginya.

Tapi itu dulu!

Apakah saat ini masih terasa Jogja diwaktu yang lampau? ya tentu saja, silahkan pergi ke Gunung Kidul, Brosot Kulon Progo, atau mungkin sekalian ke Imogiri dan tinggal-lah di kampung bersama orang-orang asli Jogja yang akan dengan tulus tersenyum kepada semua pendatang dengan terkadang membawakan anda jajanan pasar atau buah-buahan hasil kebun sendiri.

Lalu gimana dengan di kota Yogyakarta-nya sendiri, masih adakah orang baik di sana? tentu saja iya tapi mungkin ketutup dengan arogansi beberapa anak muda baik dari Jogja maupun luar kota serta pendatang-pendatang baru yang masih sering mengadopsi budaya dari kota asalnya dengan berkata kasar seperti “Anjing”……”Taik”…….dan sebagainya, anda pasti paham darimana mereka-mereka ini berasal.

Duduk di McDonald Sudirman sekedar mampir karena anak saya ingin es krim cone menjadi tidak nyaman lagi karena banyak mahasiswa yang mengerjakan tugas (katanya begitu) dengan mengucapkan kata-kata kasar seperti yang tadi saya contohkan di atas dengan berulang kali tanpa merasa salah bahwa mereka ada di kota penuh budaya yang menjunjung tinggi sopan santun. Yang saya lakukan pada waktu itu adalah memilih menyingkir dari kursi McD dan kemudian mengajak anak saya yang masih berusia 5 dan 3 tahun pulang ke rumah jam 11 malam.

Foto di atas ini adalah foto headlmap BMW E39 saya yang baru saja ketabrak anak-anak penunggang motor yang begajulan di jalan, lokasinya di depan POM Bensin HOS Tjokroaminoto paska magrib. Dari kejauhan memang anak ini jalan sangat kencang dimana saya sudah menyalakan lampu sign untuk belok menuju POM. Jika anak ini berpikir logis maka sudut kendaraan yang ada akan membuat penunggang motor MANAPUN menginjak rem dari jauh, tapi tidak dengan anak muda ini.

Faktanya adalah 3 orang yang melihat kejadian ini langsung datang ke saya dan bilang “Yang salah memang motornya mas…saya lihat kejadiannya”

Anak ini justru memacu motornya dengan kecepatan tinggi sambil berusaha ambil arah kiri agar bisa nyelip di antara mobil dan trotoar depan POM Bensin, hasilnya anak ini tergelincir sendiri karena nge-rem mendadak dilanjutkan dengan motor terseret sampai keluar api dan menabrak kaca headlamp mobil saya.

Saya majukan mobil sampai tempat aman agar tidak mengganggu kendaraan lain dan segera turun untuk memastikan anak yang nabrak mobil saya ini kondisinya aman. Seseorang membantunya berdiri tapi begitu dia tahu saya keluar mobil dan mendatanginya maka anak ini langsung kabur tancap gas dengan melawan arah.

BMW Seri 5 Saya dibuat dengan bahan mayoritas besi dan baja hingga berat mobil ini hampir mencapai 2 ton, itu saja sudah menandakan bahwa bukan pilihan yang tepat untuk menabrak mobil sekelas BMW karena sakitnya pasti bukan kepalang.

Kejadian inipun diperparah dengan si anak tadi badannya menabrak divider jalan depan POM bensin jadi saya tahu betul bahwa kondisi anak ini pasti sakit parah dan mungkin ada yang retak, tapi tahukah anda apa yang dia lakukan?

Ketimbang dia saya minta pertanggung jawabannya untuk ganti headlamp BMW maka anak ini memilih kabur dengan menahan sejuta rasa sakit di sekujur badan karena menabrak mobil yang beratnya hampir 2 ton ditambah badannya terbentuk sudut trotoar yang pasti sakitnya bukan main.

Pesan Moral….

Biar seperti cerita di buku anak-anak maka saya akan sampaikan pesan moral di dalam tulisan kali ini.

Pendidikan tata krama di negara kita memang rasanya perlu dibenahi, alih-alih mengajarkan matematika atau hapalan tentang asmaul husna mungkin akan lebih baik ketika budi pekerti dan unggah-ungguh diajarkan lebih dulu kalau perlu sampai SMA karena inilah dasar dari semua teori-teori yang ada di dalam Al’Quran, Sunnah, dan Hadist. Saya pikir semua kitab suci dan agama apapun akan mengajarkan hal yang sama yaitu tentang hormat menghormati sesama manusia.

“Kita berbuat salah, maka kita WAJIB minta maaf dan menebusnya”, itulah yang ustadz saya selalu bilang di akhir pembelajaran Iqro’ di TPA. Paling tidak saya masih mendapatkan pesan-pesan seperti ini di saat saya belajar jadi seorang Qori’ di tahun 1995. Make sense ustad, cuma sayang hal itu sudah tidak diajarkan secara konsisten di tahun 2020 ini.

Mamah saya dulu pernah bilang bahwa jaman dia SD atau di SR (Sekolah Rakyat) di tahun 1960-an memang ada yang namanya pelajaran budi pekerti, semua murid dituntut untuk bisa bicara sopan dengan orang tua ataupun meladeni minum bagi orang tua, awalnya saya pikir ini kampungan tapi ketika saya tahu di Jepang ada pelajaran seperti ini maka akhirnya saya tahu justru saya-lah yang kampungan. Harusnya, saya yang anak muda mengerti tentang unggah-ungguh dan budaya dasar tentang meminta maaf dan terima kasih.

Jika Anda Ingin Tinggal di Jogja Maka Saya Ucapakan Selamat Datang, Tapi Saya Tetap Memilih Pergi Dari Kota Ini!

Saya bekerja sebagai seorang wedding photographer sejak tahun 2009, semua bermula dari sebuah kawinan tenda biru hingga sebuah pemotretan antar negara yang klien-nyapun orang asing, intinya saya sungguh menikmati pekerjaan ini….saat ini klien-nya pun tidak banyak tapi suatu saat ini akan jadi SESUATU YANG BERBEDA!

2012 adalah tahun dimana teman-teman fotografer mencemo-oh hanya karena saya ingin menjadi seorang destination wedding photographer bagi klien-klien orang asing. Alih-alih menanggapi meraka saya lebih memilih untuk bekerja lebih keras, belajar motret, belajar editing, hingga meng-optomasi website saya untuk tampil lebih keren di halaman Google. Singkat cerita saya sudah berkelanan ke Singapura, Maldives, Hong Kong, dan beberapa negara lainnya untuk memotret portrait, wedding, dan pre wedding sedangkan teman saya tadi amblesss ditelan bumi ga’ tau kemana.

Pilihan sudah bulat, saya hanya mau memotret untuk klien yang membayar senilai dengan collection yang saya miliki. Ini bukan sekedar tentang uang karena mempertahankan brand jauh lebih sulit daripada sekedar mencari uang.

Melbourne atau Auckland, inilah 2 kota yang sedang saya riset untuk saya jadikan tempat membesarkan anak-anak serta berkarya lebih hebat lagi dengan istri saya tercinta. Berguru ke mentor-mentor saya yang tinggal di Melbourne adalah prioritas bagi saya dan kemudian menjadi salah satu wedding photographer terhebat di bumi yang melayani khusus high-end couple dan world class celebrity adalah impian saya.

Ini Impian Saya, Bagi Anda Yang Ingin Kembali Mencemooh Impian Ini Maka Siapkan Mental Karena Anda Akan Segera Malu dan Menyesal Untuk Kedua Kalinya…

Remember! I’m a Fuc*king Hard Worker Guy in This Business and I Definitely Know How Good It’s Gonna Be When Combining Photography and Internet Marketing is!

Untuk Anak Muda Bermental Kere dan Bersikap Kampungan Kemarin Malam!

Mungkin ini bukan salah anda melainkan salah orang tua anda yang tidak pernah mengajarkan bagaimana seharusnya seorang laki-laki itu harus bersikap ketika berbuat salah. Tapi bisa juga ini adalah kebodohan anda karena tidak pernah belajar dari segala hal tentang tanggung jawab.

Jika anda jujur tidak punya uang dan tulus minta maaf maka bisa jadi saya ikhlaskan kecelakaan ini dan sungguh saya punya uang lebih dari cukup untuk mereparasi mobil BMW Seri 5 kesayangan saya hingga jadi ke bentuk semula. Tapi karena anda justru kabur ketika melihat saya turun dari mobil maka ijinkan saya berdoa agar Allah SWT mengajarkan anda tentang bagaimana harus bersikap dan bertanggung jawab atas kesalahan anda.

Belajarlah dan jadilah lebih baik di masa yang akan datang karena kali ini mungkin saya, tapi bisa jadi lain waktu adalah orang lain yang akan kesulitan ketika berhadapan dengan anda. Tampang ugal-ugalan anda tidak akan membuat anda lebih keren di mata orang tua dan mungkin kelak anak dan istri yang mencintai anda.

Menjunjung tinggi rasa tanggung-jawab di diri seorang laki-laki akan jauh lebih penting dari materi dan dunia ini, salam dari saya dan semoga anda menjadi pribadi yang lebih baik.

Bima

Professional wedding photographer and blogger since 2010 who put a concern to write a story about photography, traveling, culinary, and hospitality services

3 thoughts on “Ketika Jogja Tidak (Lagi) Nyaman dan Aman Untuk Ditinggali

  • February 19, 2020 at 1:09 pm
    Permalink

    Sip Bim…perjuangkan yg memang layak diperjuangkan…???

    Reply
  • December 22, 2021 at 12:49 am
    Permalink

    Terimakasih untuk tulisannya, dari emak galau yg ingin menyekolahkan anaknya di Jogja 🙂

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *