Wat Phrathat Doi Suthep

Wat Phrathat Doi Suthep adalah sebuah Candi Buddha Theravada di propinsi Chiang Mai , Thailand. Candi ini lebih sering disebut sebagai Doi Suthep, yang sebenarnya adalah nama gunung di tempat candi ini berada. Candi yang berada di 15 kilometer dari Chiang Mai ini sangat dihormati oleh warga Thailand. Dari lokasi candi ini, teman-teman bisa menikmati pemandangan kota Chiang Mai, yang menjadi tujuan utama wisata ditempat ini.

Wat Phrathat Doi Suthep

Berdasarkan sejarahnya, candi ini pertama di kompleks ini di bangun pada tahun 1383 dan terus diperluas sejak saat itu. Dan jalan menuju candi ini  pertama kali di bangun pada tahun 1935. Tetapi menurut cerita legenda setempat, ada seorang biksu bernama Sumanathera dari Sukothai bermimpi. Dalam mimpinya, dia mendapatkan visi bahwa dia harus pergi ke Pang Cha dan mencari sebuah relic. Kemudian Sumanatheramelakukan perjalanan ke Pang Cha dan menemukan sebuah tulang, yang kemudian di klaim sebagai tulang bahu dari Buddha. Relik tersebut menampakkan kekuatan ajaib karena tulang itu bersinar, dapat menghilang tiba-tiba, dapat berpindah tempat dengan sendirinya, dan dapat menggandakan dirinya sendiri. Sumanathera membawa relic tersebut ke Raja Dharmmaraja yang saat itu memerintah Sukhothai. Dan Yang Mulia Dharmmaraja memerintahkan mengadakan upacara penyambutan untuk Sumanathera saat tiba. Saat relic itu dihadapkan kepada raja, relic tersebut tidak menampakkan keanehan dan tampak seperti tulang biasa. Raja kemudian meragukan keotentikan tulang tersebut dan menyuruh Sumanathera untuk menyimpannya.




Raja Nu Naone, dari kerajaan Lanna mendengar desas desus mengenai relic tersebut dan menawarkan Sumanathera untuk disimpan di kerajaan Lana saja. Pada tahun 1368 dengan seijin raja Dharmmaraja, Sumanathera membawa relic tersebut ke sebuat tempat yang sekarang bernama Lamphun, sebuah daerah di Thailand Utara. Relik tersebut kemudian berganda menjadi dua, yang satu berukuran sama seperti aslinya, dan satunya berukuran lebih kecil. Relic yang berukuran lebih kecil kini tersimpan di candi di Suandok, dan relic satunya di serahkan kepada Raja Nu Naone dan disertakan pada seekor gajah putih yang kemudian dilepas di hutal liar. CErita rakyat kemudian mengatakan bahwa gajah putih tersebut menaiki bukit Doi Suthep, yang saat itu masih bernama Doi Aoy Chang (Sugar Elephant Mountain), bersuara tiga kali sebelum akhirnya mati. Suara dan tempat meninggalnya tersebut menjadi tanda bagi Raja Nu Naone untuk membangun sebuah candi di tempat gajah putih tersebut mati.

Untuk menuju candi Doi Suthep ini memang teman-teman tidak bisa menggunakan angkutan umum. Teman-teman harus menyewa kendaraan sendiri atau ikut tur dari Chiang Mai. Ketika teman-teman berada di halaman parker, teman-teman harus menaiki tangga sebanyak 309 anak tangga untuk mencapai situs candi tersebut. Tetapi bagi teman-teman yang sekiranga tidak kuat menaiki tangga sebanyak itu, tersedia kereta gantung untuk bisa mencapai puncak dengan membayar 30 Baht untuk wisatawan asing, atau 50 Baht untuk perjalanan PP.




Bima

Professional wedding photographer and blogger since 2010 who put a concern to write a story about photography, traveling, culinary, and hospitality services

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *