Hwaseong Fortress, Benteng Peninggalan Abad 18

Benteng Hwaseong merupakan salah satu bangunan peninggalan dinasti Joseon dan menjadi benteng kebanggaan kota Suwon, ibukota provinsi Gyeonggi. Benteng ini dibangun di akhir abad ke-18 oleh raja Jeongjo dari dinasti Joseon, dinasti yang terkenal sebagai dinasti yang membangun peradaban modern Korea Selatan. Bangunan ini merupakan bentuk penghormatan sang raja terhadap ayahnya, Jangheonseja serta untuk membangun kota Suwon menjadi lebih baik dan tertata. Berada 30km d.i selatan kota Seoul, bangunan ini ditetapkan sebagai bangunan bersejarah oleh UNESCO pada tahun 1997. Sungai Suwoncheon , sungai utama di Suwon mengaliri benteng ini.

hwaseong fortress

Benteng Hwaseong dibangun dibawah arahan arsitek Yu Hyeong Won dan Jeong Yak-Yong dengan perpaduan desain Korea dan China yang disisipi unsur sains kontemporer. Konstruksi bangunan ini dipengaruhi oleh serangan Jepang yang menyebabkan beberapa bangunan di Korea rusak parah. Salah satu tujuan dibangunnya benteng ini adalah sebagai benteng pertahanan perang. Pembangunan benteng ini dimaksudkan unuk melindungi istana dan tempat peristirahatan raja dan masyarakat dari serangan dengan dinding setinggi 5m dan panjang 5km. Hal ini berkaitan dengan rencana pemindahan ibu kota dari Seoul ke Suwon oleh raja Jeongjo. Meski dimasudkan sebagai benteng pertahanan, tetapi benteng ini tetap dibangun dengan gaya arsitektur yang indah dengan aneka warna.

Raja Jeongjo dikenal sebagai seoang visioner karena ia memikirkan masa depan Korea dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia meluncurkan berbagai inovasi penggunaan teknologi, seperti menggunakan alat berat untuk mempercepat pembangunan benteng. Ia juga yang mengusulkan pembayaran kepada pekerja yang membangun fasilitas negara.

Karena adanya perang dan termakan usia, hanya 75% dari bangunan benteng yang bertahan hingga saat ini. Jika anda berjalan dari Stasiun kereta Suwon, anda akan menemukan Gerbang Paldamun. Gerbang utara, Janganmun adalah gerbang terbesar yang pernah dibangun di Korea. Pernah rusak ketika terjadi Perang Korea, gerbang ini diperbaiki pada tahun 1979. Kedua gerbang ini dikelilingi bangunan setengah lingkaran yang disebut Ongseong, sebagi pelindung tambahan.

Benteng sepanjang 5km dan setinggi 5m ini memiliki 48 menara pengawas, gerbang dan paviliun. Salah satu paviliun yang terkenal adalah Hwahongmun, sebuah paviliun yang terdiri dari tujuh batu besar yang disusun diatas aliran sungai Hwaseong. Sedangkan Seobuk Gongsidom adalah paviliun lain yang mmperlihatkan kekuatan dari benteng ini yang dilengkapi lubang untuk menembakkan anak panah dan meriam.

Jika anda mengikuti aliran sungai di kaki gunung Paldasan, anda akan melihat Hwaseong Haenggung, salah satu tempat peristirahatan dinasti Joeson. Pada masa keemasannya, tempat ini memiliki 576 kompartemen yang biasa digunakan sebagai tempat peristirahatan sekaligus penyelenggaraan aneka festival budaya. Sayangnya, bangunan ini hancur pada masa kependudukan Jepang. Di dekat bangunan ini, ada Hwaryeongjeon, tempat di mana penduduk pernah melihat arwah Raja Jeongjo yang akhirnya diabadikan dalam bentuk foto. Penduduk melihat benteng ini sebagai perwujudan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya, maka setiap bulan April banyak orang ke tempat ini untuk mendoakan angota keluarga yang lebih tua.

Salah satu atraksi yang menarik adalah  kesempatan untuk mencoba memanah di sebuah lapangan luas. Anda hanya dikenai biaya peminjaman busur dan 10 anak panah seharga 2.000 KRW. Setiap hari minggu selama bulan Mei-November, ada sebuah upacara militer yang diperagakan oleh tentara berpakaian khusus. Jika anda berkunjung di bulan Oktober, anda dapat mengikuti upacara pemeragaan kunjungan Raja Jeongjo ke makam keluarga kerjaan yang melibatkan 5.661 orang dan 1.417 kuda.

info liburan ke korea

Untuk menuju ke benteng ini, anda dapat menaiki Seoul Subway line 1 dan turun di Stasiun Suwon. Setelahnya, anda dapat melanjutkan perjalanan dengan bus bernomor 2, 7, 7-2, atau 13 dan turun di perempatan Jongno 4-geori. Anda hanya membutuhkan waktu 5 menit berjalan kaki untuk menemukan benteng ini. Benteng ini dibuka untuk umum dari pukul 09.00 – 18.00 dengan biaya masuk 1.000 KRW.

Bima

Professional wedding photographer and blogger since 2010 who put a concern to write a story about photography, traveling, culinary, and hospitality services

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *